KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji syukur kepada Ida Sang Hyang
Widhi Wasa atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penyusunan makalah yang
berjudul “Fermentasi Keju ” dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tahap
fermentasi keju dan faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi. Makalah ini
diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan tentang mikobiologi, khususnya
fermentasi pada keju.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengaharapkan adanya
kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Mayong, 21 November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar………………………………………………………………………1
Daftar isi………………………………………………………………………….…2
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………....3
1.1 Latar belakang…………………………………………………………..3
1.2 Rumusan masalah……………………………………………………….3
1.3 Tujuan………………………………………………………………..…3
BAB II Pembahasan ………………………………………………………………6
2.1. Tahap
Pembuatan Keju………………………………………………..7
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi………………………..8
BAB III Penutup…………………………………………………………………..9
3.1. Kesimpulan……………………………………………………………..9
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar
belakang
Keju
merupakan makanan pelengkap yang sangat penting, lihat saja hamper semua
makanan seperti biskuit menggunakan keju untuk pelengkapnya. Di dunia keju
merupakan makanan yang banyak digemari oleh masyarakat, oleh karena itu sudah
sepantasnya masyarakat mengetahui cara-cara pembuatan keju tersebut.
1.2. Perumusan
masalah
·
Mengapa keju digemari oleh
masyarakat dunia?
·
Apakah yang menyebabkan keju
dibilang makanan pelengkap?
·
Bagaimanakah cara pembuatan
keju dan peran mikroorganismenya?
1.3. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini
tiada lain, untuk agar pembaca dapat mengetahui cara-cara pembuatan keju yang
dimakan hamper setiap hari, keju dapat dijumpai di makanan biscuit. Dan
diharapkan dapat mepraktekannya di rumah setelah mengetahui cara-caranya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. TAHAP
PEMBUATAN KEJU
Pembuatan keju
adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga menjadi berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada
ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia. Keju memiliki gaya dan
rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan
(“pematangan”)
1. Pasteurisasi
Pasteurisasi susu, dilakukan pada susu 70°C, untuk membunuh seluruh
bakteri pathogen.
2.
Pengasaman
Susu dipanaskan
agar bakteriasam laktat, yaitu Streptococcus dan Lactobacillus dapat tumbuh dengan baik. Bakteri-bakteri ini memakan
laktosa pada susu dan merubahnya menjadi asam laktat. Saat
tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu (proteinkasein, lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan membentuk dadih.
3.
Pengentalan
Bakteri rennet
ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian membuat protein
menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih) dan padat (dadih). Setelah dipisahkan, air dadih kadang-kadang
dipakai untuk membuat keju seperti Ricotta dan Cypriot hallumi namun biasanya
air dadih tersebut dibuang. Dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti
kecapi, dadih keju dihancurkan menjadi butiran-butiran. Semakin halus dadih
tersebut maka semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan
menghasilkan keju yang lebih keras.
Rennet mengubah
gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi
dadih. Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi
tingkat kepadatan keju. Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam,
tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut.
Sebagian besar
keju menggunakan rennet dalam proses pembuatannya. Namun zaman dahulu ketika
keju masih dibuat secara tradisional, getah daun dan ranting pohon ara digunakan sebagai pengganti rennet.
4.
Pengolahan
dadih
Setelah
pemberian rennet, proses selanjutnya berbeda-beda. Beberapa keju lunak
dipindahkan dengan hati-hati ke dalam cetakan. Sebaliknya pada keju-keju
lainnya, dadih diiris dan dicincang menggunakan tangan atau dengan bantuan
mesin supaya mengeluarkan lebih banyak air dadih. Semakin kecil potongan dadih maka keju yang
dihasilkan semakin padat.
5. Persiapan sebelum
pematangan
a)Pencetakan
Saat dadih mencapai ukuran optimal maka ia harus dipisahkan dan
dicetak. Untuk keju-keju kecil, dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang
ke dalam cetakan. Untuk keju yang lebih besar, pengangkatan dari tangki
menggunakan bantuan sehelai kain. Sebelum dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut
dikeringkan terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk atau diiris.
b) Penekanan
Keju haruslah ditekan
sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan. Untuk keju lunak, penekanan biasanya tidak dilakukan karena
berat dari keju tersebut sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih.
Begitupun halnya dengan keju iris, berat dari keju tersebut menentukan tingkat
kepadatan yang diinginkan. } Meskipun demikian, sebagian besar keju melewati
proses penekanan. Waktu dan intensitas penekanan berbeda-beda bagi setiap keju.
c) Pengasinan
Setelah keju dibentuk,dilakukan penambahan garam agar keju tidak terasa tawar. Keju dapat diasinkan
dengan empat cara yang berbeda. Bagi beberapa keju, garam ditambahkan langsung
ke dalam dadih. Cara yang kedua adalah dengan menggosokkan atau menaburkan
garam pada bagian kulit keju. Hal ini menyebabkan kulit keju terbentuk dan
melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu cepat. Beberapa
keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan cara direndam dalam air garam.
Perendaman keju bisa menghabiskan waktu berjam-jam hingga berhari-hari. Cara
yang terakhir adalah dengan mencuci bagian permukaan keju dengan larutan garam.
Selain memberikan rasa, garam juga membantu menghilangkan air berlebih,
mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering serta mengawetkan
dan memurnikan keju ketika memasuki proses maturasi.
6.
Pematangan
Pematangan (ripening)
adalah proses yang mengubah dadih-dadih segar menjadi keju yang penuh dengan
rasa. Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur tertentu yang digunakan
pada proses produkso. Karakter akhir dari keju banyak ditentukan dari jenis
pematangannya. Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada pada
temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap dimakan. Waktu
pematangan ini bervariasi mulai dari beberapa minggu untuk keju lunak hingga
beberapa hari untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.
2.2. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FERMENTASI
1) Suhu
Setiap golongan
mokroorganisme mempunyai suhu optimum untuk pertumbuhannya, suhu fermentasi
menentukan macam macam mikroorganisme yang berpengaruh selama fermentasi
misalnya pada pembuatan sayur asin. Ada 3 macam mikroba yang memegang peranan
yang masing masing mempunyai suhu optimum . mikroba ini mengubah gula dari
kubis menjadi asam laktat, asam asetat dan lain lainnya. Jika konsentrasi asam
sudah tercapai maka fermentasi dinaikan dengan menaikan suhu.
Suhu sebagai
salah satu faktor lingkungan terpenting¢ yang mempengaruhi dan menentukan macam
organisme yang dominan selama fermentasi. Beberapa hal sehubungan dengan suhu
untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan sebagai berikut :
Suhu minimum,
di bawah suhu itu pertumbuhan¢ mikroorganisme tidak terjadi lagi.Suhu optimum,
sebagai suhu yang memungkinkan¢ pertumbuhan mikroorganisme paling cepat. Suhu
maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan¢ mikroorganisme tidak mungkin terjadi
lagi.
Dalam proses
fermentasi ini dibutuhkan suhu (temperatur) optimal 30 – 50 derajat
Celcius (hangat). Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme kurang efektif
bekerja. Bila suhu terlalu rendah, mikroorganisme tidak dapat bekerja. Proses
pembuatan bokashi sebaiknya ditempat yang teduh, terlindung dari sinar
matahari dan hujan secara langsung.
Penurunan pH
akibat aktivitas metabolisme kultur starter yang digunakan menyebabkan
terjadinya koagulasi atau penggumpalan susu menjadi dadih dan mencegah
pertumbuhan bakteri patogen dan bakteri pembusuk. Bakteri yang dipergunakan
sebagai kultur starter menyesuaikan diri terhadap perubahan pH melalui
pengaturan pH internal sitoplasmanya (Neidhardt et all, 1990).
Perkembangan derajat keasaman ini merupakan prinsip penting yang
bertanggungjawab terhadap kualitas dan keamanan keju segar yang dihasilkan
karena penurunan pH membangun tekstur, aroma, dan warna keju (Marchesseau,
1997)
2) Asam
Bakteri asam
laktat memerlukan nutrisi yang sangat kompleks dan umumnya hidup pada medium
yang kaya akan nutrisi seperti berbagai jenis makanan. Pada pembuatan keju
kondisi pertumbuhan yang berbeda dapat menghasilkan produk akhir fermentasi
yang berbeda pula. Secara umum niasin dan asam pantotenat esensial bagi pertumbuhan
bakteri asam laktat.
Salah satu
perbedaan penting dari group bakteri asam laktat adalah pola pembentukan produk
fermentasi glukosa yaitu terdapat kelompok homofermentatif secara prinsip hanya
menghasilkan asam laktat tanpa produksi gas CO2 dan komponen aroma
dari penguraian glukosa sedangkan kelompok heterofermentatif menghasilkan asam
laktat dan berbagai metabolit lain sebagai produk akhir
3) Garam
Pada keju, seperti pada
banyak makanan, garam biasanya berfungsi sebagai bumbu. Tetapi garam memiliki
efek-efek penting yang lain, seperti memperlambat aktifitas biang dan
proses-proses bakteri yang berkaitan dengan pematangan keju. Pemberian garam ke
dalam dadih menyebabkan lebih banyak kelembaban dikeluarkan, baik melalui efek
osmotik dan efek penggaraman pada protein. Tekanan osmotik bisa disamakan
dengan pembentukan pengisap pada permukaan dadih, menyebabkan kelembaban
tertarik keluar
Selain memberikan rasa,
garam juga membantu menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan,
melindungi keju agar tidak mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju
ketika memasuki proses maturasi
4) Oksigen
Oksigen selama
proses fermentasi¢ harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau
menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen
yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk
fermentasi.
Tersedianya
oksigen memegang peranan penting bagi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap
mikroorganisme membutuhkan jumlah oksigen yang berlainan untuk pertumbuhan atau
membentuk sel sel baru.
5)Alkohol
Alkohol dapat
berfungsi sebagi pengawet dan tergantung pada konsentrasinya .
6)Mikroorganisme
Jika
mikroorganisme terdapat dalam jumlah banyak dan cepat berkembang biak maka
mikroorganisme dapat menguasai lingkungannya dan memungkinkan mikroorganisme
untuk tumbuh. Pertumbuhan mikroorganisme dicirikan oleh pertambahan massa sel,
konstituen seluler dan pertambahan jumlah sel yang dapat terjadi apabila
kondisi kimiawi dan fisika tertentu terpenuhi (Gumbira, 1987 ; Neihhardt et
al., 1990). Bakteri tumbuh dengan cara pembelahan sel dengan membelah
secara simetris menjadi dua sel. Pertumbuhan mikroorganisme dipengaruhi oleh
beberapa faktor penting yakni ketersediaan nutrisi, suhu, pH, oksigen, pengaruh
aktivitas air dan pengaruh potensi genetik dari bakteri itu sendiri (Fardiaz,
1998). Pengukuran pertumbuhan sel secara kuantitatif disajikan dalam bentuk
kurva pertumbuhan yang menunjukkan hubungan antara biomassa / jumlah sel
terhadap waktu, secara umum terdapat empat fase pertumbuhan mikroorganisme pada
medium fermentasi sistem batch (sistem curah) yakni fase adaptasi, fase
logaritma, fase stasioner, dan fase kematian sel.
Jenis bakteri ini berperan utama dalam mengubah laktosa (zat gula) pada susu menjadi asam laktat, dimana proses ini dapat menurunkan pH keju sehingga tidak membusuk oleh bakteri pembusuk. Langkah ini adalah proses pertama untuk membuat keju menjadi lezat. Pada dasarnya terdapat 2 jenis bakteri asam laktat yaitu Lactococcus (berbentuk bulat) dan Lactobacillus (berbentuk batang). Lactobacillus yang paling sering dimanfaatkan untuk pembuatan keju sedangkan Lactococcus kini banyak dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Jika Anda mengenal keju Swiss (Emmental Cheese) atau keju Italia (Mozarella), maka bakteri Lactobacillus beserta Propionibacterium freudenreichii dan Streptococcus thermophilus adalah 3 jenis bakteri yang digunakan dalam membuat keju tersebut. Streptococcus thermophilus yang juga berperan dalam tahap awal pematangan keju.
Jenis bakteri ini berperan utama dalam mengubah laktosa (zat gula) pada susu menjadi asam laktat, dimana proses ini dapat menurunkan pH keju sehingga tidak membusuk oleh bakteri pembusuk. Langkah ini adalah proses pertama untuk membuat keju menjadi lezat. Pada dasarnya terdapat 2 jenis bakteri asam laktat yaitu Lactococcus (berbentuk bulat) dan Lactobacillus (berbentuk batang). Lactobacillus yang paling sering dimanfaatkan untuk pembuatan keju sedangkan Lactococcus kini banyak dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit. Jika Anda mengenal keju Swiss (Emmental Cheese) atau keju Italia (Mozarella), maka bakteri Lactobacillus beserta Propionibacterium freudenreichii dan Streptococcus thermophilus adalah 3 jenis bakteri yang digunakan dalam membuat keju tersebut. Streptococcus thermophilus yang juga berperan dalam tahap awal pematangan keju.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Penulis
dapat menyimpulkan bahwa, dalam pembuatan keju diperlukan ketelitian dan
pemahaman yang tinggi supaya berhasil dalam pembuatan keju. Selain itu
kebersihan dan kualitas keju sangat penting, dikarnakan hal itu merupakan
kuantitas dalam pembuatan kej
...
BalasHapus